Langsung ke konten utama

Jalan-Jalan ke Kawasan Kota Tua (Bagian 3 : Museum Seni Rupa dan Keramik)

Halo,  teman-teman...Masih semangat tidak, mengikuti jalan-jalan saya menyusuri wisata di kota tua?Nah, sebelumnya kan, saya sudah cerita, serunya saya menyusuri Museum Bank Mandiri dan Museum Bank Indonesia. Kali ini, saya akan melanjutkan perjalanan. Yuk, ikuti saya terus.
Setelah keluar dari museum Bank Indonesia, saya berbelok ke kanan jalan, lalu berjalan menyusuri trotoar. Matahari semakin terik, tetapi saya tetap bersemangat melangkah. Tujuan saya adalah ke kawasan museum Fatahillah.
Museum Fatahillah jaraknya sangat dekat kok, dari museum Bank Indonesia. Hanya sayangnya, pas mau menuju pintu masuk kawasan museum, saya kesulitan menyeberang jalan. Soalnya kendaraan mobil dan motor ramai sekali. Untung ada seorang petugas yang membantu saya dan orang lainnya yang ingin menyeberangkan jalan Kayaknya sih, di sini harus dibuat jembatan penyebrangan. Keren juga ya, kalau di bawah tanah kayak yang di halte kota tua itu.


Setelah menyeberang, saya memasuki wilayah museum Fatahillah. Eh, di sepanjang jalan, banyak orang-orang yang menjadi patung. Ada yang jadi pejuang, tentara Belanda, Noni-noni Belanda atau tokoh-tokoh terkenal di Indonesia. Jadi pengunjung yang boleh berfoto bersama. Nanti memberi uang serelanya. Apa ya, namanya? Hehehe. Di saya juga melihat banyak bola-bola besar di sekitar situ.
Wah.. ternyata kawasan ini sangat ramai. Pengunjung sangat banyak. Termasuk banyak juga turis mancanegara, lho. Malah tampak banyak anak sekolah asyik ngobrol dan berfoto dengan turis. Banyak juga orang yang naik sepeda ontel. Saat ke sana, ternyata di sisi kanan bagian depan museum Fatahillah sedang diperbaiki. Maka saya memutuskan ke museum Seni Rupa dan keramik dulu.

Museum Seni Rupa dan Keramik
                         
Di pintu gerbang, saya membeli tiket dulu. Harganya sama dengan tiket museum Bank Mandiri dan museum Bank Indonesia. Untuk umum 5 ribu rupiah. Setelah membeli tiket, saya pun segera masuk.
Pintu masuknya keren. saya sempat selfie-selfie di sini. 

                                              

Setelah itu, saya melangkah masuk ke ruangan selanjutnya. Ternyata ruangn pra sejarah. Banyak sekali benda-benda zaman kerajaan yang dipamerkan. Misalnya kerajaan Majapahit. Benda yang dipamerkan seperti guci, kendi, patung, dan lainnya.



Jalan-Jalan ke Kawasan Kota Tua (Bagian 3 : Museum Seni Rupa dan Keramik) -  Puas melihat benda yang dipamerkan di lantai bawah, saya tertarik naik ke ruang atas. Wah, tangganya keren sekali. Saya terpesona hehehhe. Hanya karena tangganya kecil, maka pengunjung naik atau turun saling gantian.


Ternyata di ruang atas ini ruang pamer lukisan. Salah satunya Bapak Raden Saleh. Banyak lukisan keren dipamerkan. Cuma sayangnya di ruangan ini sangat panas, walau sudah dipasang kipas angin. Mungkin karena tidak ada jendelanya. Sebentar saja, saya sudah keringatan. Saya juga deg-degan. Soalnya di pengumuman maksimal hanya 25 orang. Dan kayaknya sudah lebih . Makanya Saya pun buru-buru turun.



Saya lalu keluar dari ruangan itu. Saya mendapati sebuah taman. Lalu di pinggiran banyak dipajang karya seni. Sayangnya, bagian bawahnya sudah ada yang rusak. Padahal seni mahakarya ini.



Saya lalu masuk ke sebuah ruangan. Begitu masuk, Saya melihat keramik-keramik yang dipamerkan dalam sebuah lemari kaca besar. Lanjut melangkah, ruangn pamer lukisan. Di sini pun banyak dipamerkan lukisan dari pelukis terkenal Indonesia. Salah satunya Bapak Popo Iskandar. Ada lho, lukisan beliau tahun 1975. Jadi sudah sekitar 41 tahun.


Hanya sayangnya, banyak lukisan yang tidak diberi pelindung kaca. Jadi pengunjung bisa bebas menyentuh lukisan. Kalau ada orang yang usil, kan lukisan bisa rusak.
Puas melihat lukisan, saya keluar ke area taman tadi. Saya duduk bersantai sejenak. Eh, ada fasilitas wifi.id. Jadi yang mau internetan, bisa sambi duduk melepas lelah di sini.
Puas istirahat, Kurcaci Pos melangkah keluar. Eh.. ternyata masih ada satu ruangan lagi. Namanya Jati Diri di sisi kiri pintu masuk, ada miniatur gedung museum seni rupa dan keramik. Setelah foto, saya pun melangkah masuk.

Saya melihat banyak lukisan dipamerkan di ruangan ini. Yang menarik perhatian saya adalah aneka bunga yang ditaruh di atas beberapa petapi atau tampah. Wangi semerbak bunga. 





Setelah puas melihat-lihat, saya pun keluar. Eh, di sudut kiri gedung ada bangunan berkaca. Di dalamnya ada dua kereta kencana kerajaan. Tentu saja saya mendekat, lalu jepret-jepret untuk kenang-kenangan hehehe…



Pas keluar dari pintu gerbang museum seni rupa dan keramik, ternyata halaman kawasan museum kota tua semakin ramai. Saya tercenung sejenak. Ehm… kira-kira saya akan ke mana dulu ya? Jangan lupa mengikuti terus pejalanan saya menyusuri wisata di kota tua, ya, ke Museum Fatahillah

 Bambang Irwanto

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan Seru Pergi Pulang Bogor-Cipanas lewat Jalur Puncak

  Foto : Dewi Puspa Selama ini, saya selalu mendengar orang pergi liburan ke puncak Bogor yang memang sepertinya mempunyai magnet tersendiri. Kadang kalau ada long weekend, pasti orang akan berbondong-bondong ke puncak. Makanya saya langsung teringat pernah nonton di televisi, liputan orang-orang yang menawarkan penginapan atau villa di pun pak Bogor. Mereka berdiri atau duduk di sepanjang jalan sambi memegang papan bertuliskan "Sewa Villa. Atau pernah juga saya menonton jasa Ganjal ban mobil saat posisi mobil sedang berada di tanjakan dan sedang macet. Ke Puncak Bogor, yuk! Rabu 26 Februari 2025, akhirnya saya merasakan sendiri perjalanan pergi pulang Bogor-Cipanas melalui puncak Bogor. Jadi ceritanya, saya diajak oleh ClicKompasiana & Kreatoria berkunjung ke Istana Kepresidenan Cipanas. Tentu saja saya senang sekali. Seperti mimpi saja bisa menginjakkan kaki di istana Kepresidenan seluas 26 Hektar itu. Foto : Kang Bugi Saya berangkat pagi naik KRL  dari stasiun Pondok Ci...

Menyusuri Sejarah Depok di Jalan Pemuda Depok

Sudah hamper 4 tahun di depok, saya baru tahu di jalan Pemuda Depok berjejer tempat bersejarah. Dan ini baru saya ketahui, saat diajak jalan-jalan oleh CliKompasiana dan Kreator saat Herigate Depok bulan Januari 2025 kemarin.  Jadi di jalan Pemuda ini rangkaian cerita seputar Sejarah Depok dengan benang merahnya adalah Cornelis Chastelein seorang pedagang belanda yang memiliki peran prnting dalam Sejarah lahirnya Depok. Berawal dari cornelis membeli tanah di depok dari pemerintahan Belanda. Tuan Tanah itu lalu membangun rumah dan tanah pertanian di Depok.  Cornelius Chastelein (Foto : Nawacita Post) Cornelius pun mendatangkan budak dari berbagai daerah di Indoneisa. Namun Cornelis sangat berbeda. Ia sangat memanusiakan budaknya, bahkan dimerdekakan. Tidak hanya itu para budak juga diajarkan baca tulis. Nah, Yuk, kita mulai menyusuri jalan Pemuda untuk menyambangi tempat-tempat bersejarah di sana. Biar alur ceritanya dan tempat yang dikunjungi berurutan, kita masuk saja dari ja...

Menikmati Suasana Alam di Saung Kampung Sawah Parung Bogor

Senin ini, otak dan pikiran saya terasa segar sekali. Bagaimana tidak, akhir wiken, tepatnya sabtu minggu 22 & 23 Februari saya diajak Oleh Komunitas Bloggercrony untuk seru-seruan dalam rangka ulang tahun yang ke 10. Lokasinya di saung kampung sawah Parung Bogor. Dapat ilmu, nambah teman Saung Kampung Sawah. Awalnya saya tidak tahu Saung Kampung Sawah itu ada di mana. Dari alamatnya, terletak di daerah Parung Bogor. Makanya awalnya saya sedikit galau mau naik apa ke sana. Teman-teman sih banyak yang naik krl. turun di stasiun stasiun Bojong lalu nyambung lagi  namun setelah sya cek rutenya. Eh.. kok tidak terlalu jauh dari tempat tunggal saya di Depok. Dari jalan I Juanda, masuk ke jalan margonda. lanjut ke jalan Arif Rahman Hakim lanjut jalan Nusantara terus samapi masuk ke jalan Sawangan Raya. lanjut ke jalan Raya Muchtar. nah, dari sini ternyata sudah tembus ke jalan Parung raya. dari ini tinggal nanti belok ke jalan Desa Jabon. ikuti jalan. Bila ragu, segera bertanya. Insy...