Langsung ke konten utama

Jalan-Jalan ke Kawasan Kota Tua (Bagian 4 : Museum Fatahillah)

Jalan-Jalan ke Kawasan Kota Tua (Bagian 4 : Museum Fatahillah)Salam, teman-teman...
Tidak sabar ingin melanjutkan jalan-jalan di kota tua Jakarta bersama saya, kan? Pastinya hehehe….
Nah, setelah ke Museum Bank Mandiri  Museum Bank Indonesia, dan museum Seni Rupa dan Keramik, kali ini saya akan ke museum Fatahillah yang letaknya masih satu kawasan. Jadi saya tidak perlu berjalan jauh-jauh lagi. Yuk, kita lanjutkan perjalanan.



Museum Fatahillah
Setelah selesai berkeliling di museum Seni Rupa dan Keramik, Saya segera melangkah keluar halaman. Wah.. ternyata pelataran semakin ramai saja. Mungkin karena sudah masuk hari libur (sabtu siang), maka pengunjung semakin ramai. Sebelum masuk ke museum Fatahillah, saya memutuskan untuk berkeliling pelataran dulu. Apalagi hari masih siang.

Saya sangat tertarik dengan sepeda ontel warna-warni. Helm dan topinya juga warna-warni. Senada dengan warna sepedanya. Misalnya sepeda ontelnya warna hijau stabilo, topi dan helmnya juga. Sepeda itu disewakan lho. Jadi kalau teman-teman mau naik sepeda keliling pelataran museum, bisa sewa. Setengah jam 20 ribu, sedangkan 1 jam 35 ribu. Lalu jangan lupa foto-foto hehehe…
   
                                

Saya juga tertarik melihat banyak sekali bola-bola batu. Sepertinya ini peluru meriam. Waduh, saya membayangkan kalau bola-bola batu itu kena sesuatu. Mobil saja bisa penyok hehehe.
Ada juga gedung kantor pos di kawasan ini. Bahkan masih beroperasi, lho. Wow.. kotak suratnya masih zaman belanda lho. Saya membayangkan, zaman dulu orang-orang ramai memasukkan surat ke dalam bus surat ini.



Saya lalu berjalan ke sisi kiri. Di sisi banyak orang yang menjadi patung karakter. Ada tokoh Pak Soekarno, Pak WR Supratman, juga tokoh-tokoh lainnya. Banyak orang yang ingin foto bersama. Nanti setelah berfoto, silakan memberikan uang serelanya saja.


Eh, di dekat sini juga ada Meriam. Saat saya memandang ke sekeliing, ternyata ada beberapa meriam juga yang berada di pelataran museum ini. Sayangnya pengunjung banyak yang nakal. Mereka asyik berpose dengan naik di atas meriam. Padahal petugas sudah memperingatkan dari pengeras suara. Kalau meriam rusak atau patah kan, sayang sekali.
Puas berkeliling pelataran museum, saya pun memutuskan untuk masuk ke museum Fatahillah. Saat berjalan ke sana, saya berhenti sejenak untuk melihat benda-benda atau tempat yang saya lewati.

                        

Sampai di depan pintu masuk museum Fatahillah, saya sempat bingung. Di mana tempat membeli tiketnya? Setelah saya bertanya, ternyata tempat penjualan tiketnya di sebelah kiri gedung museum Fatahillah. Saya pun bergegas membeli tiket. Tiketnya sama. Untuk umum 5 ribu. saya pun segera masuk.
Begitu masuk, saya langsung disambut oleh penyekat ruangan yang keren. Bahkan di atas pintu juga ada. Begitu melewati pintu, ada sebuah lukisan besar tentang masa perjuangan. Para pengunjung rata-rata berfoto di area ini. Temasuk saya, dong.. hehehe. Ada senjata dan tombak yang ikut dipamerkan juga.



Lanjut ke ruang berikutnya, ada patung Pangeran Jayakarta. Ada juga meriam dan mimbar yang model dan ukirannya sangat keren. Saya pun meneruskan melihat sekeliling museum.



Setelah puas melihat benda-benda di lantai bawah, saya lalu naik ke lantai atas. Wih.. tangganya keren sekali. Di sisi kanan dan kiri tangga, ada patung berbentuk hewan. Ehm, ini hewan apa, ya? Sepertinya tangga ini dibuat bergaya negeri China. Model dan ukirannya sangat keren.


                            
Saya sangat semangat menapaki anak-anak tangga. Wow.. begitu masuk, Saya langsung terkagum-kagum melihat lemari buku besar. Keren sekali. Saya mebayangkan, seandainya rak-rak buku ini ada di rumah saya. Akan saya atur-atur buku-buku koleksi saya. 
Di depan rak buku ada seperangkat meja dan kursi. Kayaknya ini dulu ruang baca, atau bisa juga ruang rapat. Voila… ada juga penyekat ruangan yang sangat keren.




Eh, di sini udaranya sejuk. Soalnya jendelanya besar-besar dan terbuka juga. Dari jendela sini, saya bisa melihat pelataran museum yang tadi saya kelilingi. Lihatlah, suasana semakin ramai, Kan?


Saya lanjut melangkah. Saya menemukan sekat ruangan yang lagi. Pas saya nengok ke atas, voila, ada ornamen patung. Keren sekali. Selanjutnya ada seperangkat kursi dan meja lagi. Ada juga tempat tidur antik lengkap dengan lemarinya.




Saya pun terus menyusuri museum Fatahillah. Sungguh, saya terkagum-kagum dengan semua benda-benda yang dipamerkan. Saya pun jadi mengenal sejarah bangsa Indonesia. Pokoknya saya puas sekali melihat benda-benda bersejarah.







Puas melihat-lihat di lantai dua, saya turun kembali. Setelah itu lalu keluar. Eh pas keluar, saya melihat ada bekas penjara wanita. Tentu saja saya tidak melewatkan tempat ini.
Ternyata di dalam dipamerkan banyak tutup lampu, keramik dan botol-botol. Bahkan ada juga di lantai dua. Saya pun seegra naik dan melihat benda-benda yang dipamerkan di sana. Puas melihat, saya keluar dari sini.






Pas keluar saya melihat beberapa orang berkerumun. Sepertinya ini sumur. Di dekat situ ada patung Dewa Hames. Dan ternyata ada penjara lagi. Saya bergegas ke sana.



Ya ampun… penjaranya langsung membuat saya meringis. Penjaranya pendek, sempit, dan pengap. Saya harus merunduk saat masuk melihat. Banyak sekali bola-bola besi. Pasti ini digunakan sebagai pemberat rantai tahanan. Pas mau keluar, saya lupa mengangkat kepala. Buuuk… kepala saya kejedot. Duh… lumayan sakit hehehe…. Saya pun bergegas keluar, karena tidak kuat lama-lama. Saya jadi membayangkan, betapa menderitanya orang yang dulu ditawan di penjara itu.



Uuwah… leganya.. Saya pun menghirup udara bebas dulu. Kemudian saya duduk-duduk sejenak di halaman belakang museum Fathahillah. Di situ banyak disediakan tempat duduk. Pengunjung juga bisa melepas lelah. Di sini juga ada musala dan toilet. Saya pun istirahat sejenak di sini.

Setelah lelah saya hilang, saya pun siap melanjutkan perjalanan Ehm… Kira-kira saya mau kemana lagi, ya? Ikuti terus perjalanan saya, ya. Lanjutnya saya akan ke museum Wayang

Bambang Irwanto




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan Seru Pergi Pulang Bogor-Cipanas lewat Jalur Puncak

  Foto : Dewi Puspa Selama ini, saya selalu mendengar orang pergi liburan ke puncak Bogor yang memang sepertinya mempunyai magnet tersendiri. Kadang kalau ada long weekend, pasti orang akan berbondong-bondong ke puncak. Makanya saya langsung teringat pernah nonton di televisi, liputan orang-orang yang menawarkan penginapan atau villa di pun pak Bogor. Mereka berdiri atau duduk di sepanjang jalan sambi memegang papan bertuliskan "Sewa Villa. Atau pernah juga saya menonton jasa Ganjal ban mobil saat posisi mobil sedang berada di tanjakan dan sedang macet. Ke Puncak Bogor, yuk! Rabu 26 Februari 2025, akhirnya saya merasakan sendiri perjalanan pergi pulang Bogor-Cipanas melalui puncak Bogor. Jadi ceritanya, saya diajak oleh ClicKompasiana & Kreatoria berkunjung ke Istana Kepresidenan Cipanas. Tentu saja saya senang sekali. Seperti mimpi saja bisa menginjakkan kaki di istana Kepresidenan seluas 26 Hektar itu. Foto : Kang Bugi Saya berangkat pagi naik KRL  dari stasiun Pondok Ci...

Menyusuri Sejarah Depok di Jalan Pemuda Depok

Sudah hamper 4 tahun di depok, saya baru tahu di jalan Pemuda Depok berjejer tempat bersejarah. Dan ini baru saya ketahui, saat diajak jalan-jalan oleh CliKompasiana dan Kreator saat Herigate Depok bulan Januari 2025 kemarin.  Jadi di jalan Pemuda ini rangkaian cerita seputar Sejarah Depok dengan benang merahnya adalah Cornelis Chastelein seorang pedagang belanda yang memiliki peran prnting dalam Sejarah lahirnya Depok. Berawal dari cornelis membeli tanah di depok dari pemerintahan Belanda. Tuan Tanah itu lalu membangun rumah dan tanah pertanian di Depok.  Cornelius Chastelein (Foto : Nawacita Post) Cornelius pun mendatangkan budak dari berbagai daerah di Indoneisa. Namun Cornelis sangat berbeda. Ia sangat memanusiakan budaknya, bahkan dimerdekakan. Tidak hanya itu para budak juga diajarkan baca tulis. Nah, Yuk, kita mulai menyusuri jalan Pemuda untuk menyambangi tempat-tempat bersejarah di sana. Biar alur ceritanya dan tempat yang dikunjungi berurutan, kita masuk saja dari ja...

Menikmati Suasana Alam di Saung Kampung Sawah Parung Bogor

Senin ini, otak dan pikiran saya terasa segar sekali. Bagaimana tidak, akhir wiken, tepatnya sabtu minggu 22 & 23 Februari saya diajak Oleh Komunitas Bloggercrony untuk seru-seruan dalam rangka ulang tahun yang ke 10. Lokasinya di saung kampung sawah Parung Bogor. Dapat ilmu, nambah teman Saung Kampung Sawah. Awalnya saya tidak tahu Saung Kampung Sawah itu ada di mana. Dari alamatnya, terletak di daerah Parung Bogor. Makanya awalnya saya sedikit galau mau naik apa ke sana. Teman-teman sih banyak yang naik krl. turun di stasiun stasiun Bojong lalu nyambung lagi  namun setelah sya cek rutenya. Eh.. kok tidak terlalu jauh dari tempat tunggal saya di Depok. Dari jalan I Juanda, masuk ke jalan margonda. lanjut ke jalan Arif Rahman Hakim lanjut jalan Nusantara terus samapi masuk ke jalan Sawangan Raya. lanjut ke jalan Raya Muchtar. nah, dari sini ternyata sudah tembus ke jalan Parung raya. dari ini tinggal nanti belok ke jalan Desa Jabon. ikuti jalan. Bila ragu, segera bertanya. Insy...