Langsung ke konten utama

Menyusuri Museum Bank Mandiri Jakarta

Jakarta memang kota yang memikat. Bukan saja gedung-gedung menjulang tinggi, tapi banyak lho, tempat wisata murah meriah dan menyenangkan. Salah satunya wisata kawasan kota tua.

Makanya dengan hati riang gembira, saya  berjalan-jalan ke kawasan Kota Tua. Letaknya di sebelah utara kota Jakarta. Saya ke sana naik busway. Enak lho, sepanjang perjalanan, saya bisa menikmati pemandangan kota Jakarta.





Pukul 09.15,  saya sudah sampai di halte busway kota. saya lalu turun, dan menuju pintu keluar. Jalanannya keren, berada di bawah tanah. Suasananya juga keren. Ada kolam, lalu di atasnya ada payung warna-warni. Saya menyempatkan sarapan dulu. Di sana banyak penjual makanan dan buah. Biar kuat jalan-jalannya hehehe...

Setelah perut kenyang, saatnya Saya memulai wisata. Di kawasan Kota Tua ini sangat banyak museum, dan letaknya saling berdekatan.  Jadi bisa dengan berjalan kaki saja. Pertama, saya akan mengunjungi Museum Bank Mandiri. Sudah siap mengikuti perjalanan saya? Ayo... berangkaaaaaat!

Museum Bank Mandiri

Begitu keluar dari penyeberangan bawah tanah, saya langsung sampai di depan museum bank Mandiri. Saya segera masuk. Mungkin karena masih pagi, pengunjung belum ramai. Malah yang baru saya yang datang berkunjung. Rajin sekali saya ini hahaha...  Sebelum masuk saya membeli tiket dulu. Untuk umum, harga tiketnya 5 ribu rupiah.




Setelah membeli tiket, saya lalu berbelok ke kanan. Eh, ada sepeda ontel yang menyambut. Saya pun menyempat diri  untuk melihat-lihat dulu area depan. Wah, Saya  membayangkan suasana zaman dulu. Pasti di sini dulu ramai sekali orang-orang bertransaksi seputar perbankan. Apalagi ornamen gedung ini masih asli seperti dulu. Tampak diorama atau patung-patung yang menggambarkan kegiatan perbankan. Ada yang sedang mengetik, melayani nasabah, juga sedang membicarakan urusan perbankan.







Setelah puas melihat-lihat bagian depan, Saya lalu berbelok ke kiri. Sebelumnya, ada dua orang cewek yang memeriksa tiket. Sepertinya mereka anak sekolahan yang sedang PKL atau magang di museum ini.

Saya pun kembali  berbelok ke kiri. Ini adalah bagian samping dari ruang perbankan. Dari sisi ini, saya bisa menyaksikan diorama-diorama lainnya. Tuh, ada seorang Bapak yang sedang berdiri seolah-olah sedang melayani nasabah.





Selanjutnya saya berbelok ke kiri lagi Ternyata belok kiri terus, ya.. hehehe). Jalan ini yang menuju ke ruang dalam ruang perbankan tadi. Suasananya masih seperti dulu. Di dinding tampak foto-foto zaman dahulu. Setelah pintu keluar, saya belok ke kiri lagi, baru ke kanan. Saya pun sampai ke ruang dalam.





Dari sini, saya bisa langsung melihat benda-benda yang dipakai untuk kegiatan perbankan dulu. Seperti mesin tik, mesin hitung, stempel, buku besar, dan lainnya. Bahkan televisi hitam putih, kipas angin, juga telepon putar masih ada. Meja dan kursinya juga masih asli, lho. Ada juga ruang arsip. Sayangnya, banyak yang tidak ada keterangannya. Misalnya mesin tik yang dipajang dibuat tahun berapa? Berapa lama digunakan?





Saya paling tertarik melihat patung yang diletakkan di ruangan itu.  patung itu adalah replika Dewa Hermes yang terdapat di gedung Escomptobank di jalan Pintu Besar Utara Jakarta Kota. Tentu saja saya tidak ketinggalan selfie-selfie di sini hehehe...



Puas, saya lalu berjalan menuju ujung ruangan. Wah.. dindingnya keren. Mesin ketik dan benda-benda lainnya diatur sedemikian rupa. Eh, saya juga sempat selfie-selfie lagi di sini hehehe... Selain itu, masih ada juga benda-benda tua yang dipamerkan di sini.



Selanjutnya, saya berjalan ke sisi kiri. Di sini ada 4 mesin atm yang dipajang. Ada juga foto-foto pembuat atm dan juga keterangannya. Tidak jauh dari situ, ada ruang film dan penyimpanan arsip juga.






Setelah itu, Saya melangkah turun ke bawah. Begitu turun tangga, ada kursi dan meja. Sepertinya ini tempat petugas jaga. Jadi sebelum masuk, harus diperiksa dulu. Siapa tahu dulu ada yang iseng suka bawa bakso hehehe...


Di sini ruang brangkas dan penyimpanan surat berharga. Suasananya di sini sepi sekali. untung ada dua cewek anak PKL yang tadi berjaga di pintu masuk. Tampak mereka sedang menghapal apa saja yang ada di ruang brankas dan apa kegunaannya.



Saya melihat banyak sekali brankas tua. Pasti dulu ini tempat penyimpanan uang dan barang-barang berharga milik bank atau milik nasabah. Ada juga ruang khusus penyimpanan emas. Masih diperlihatan ada tumpukan emas, tapi emas bohongan hehehe. Lalu saya mengikuti kedua cewek anak sekolahan tadi. Mereka masuk ke ruang safeti box. Wah, pintunya tebal sekali. Pas saya dorong, berat sekali.






Safeti box ini dulu bisa disewa oleh nasabah untuk menyimpan barang atau surat berharga. Setiap sefety box ada nomornya, dan kata sandinya hanya nasabah yang tahu. Setelah ruang safeti box, ada ruang uang. Di sini uang dipamerkan dari uang kepeng sampai uang kertas edisi terbaru. Ada juga peti tempat penyimpanan uang. Juga dipamerkan cash box atau kotak uang tunai. Tenyata dulu terbuat dari kayu.







Dari ruang ini, ada ruang penyimpanan surat berharga. Tampak beberapa surat berharga dipamerkan. Ruang ini diberi pengaman palang-palang seperti penjara. Pastinya agar keamanannya lebih terjaga waktu itu. Kemudian dari sini, ternyata jalannya tembus ke ruang brankas tadi. Jadi dari sini, kita tidak perlu berputar jalan balik. Bisa langsung keluar. Saya pun ikut keluar.





Di salah satu sisi pintu keluar, ternyata ada kafe jadul. Pasti dulu para Menier-menier dan Nyonya belanda makan dan minum di kafe ini. Meja dan kursinya juga masih asli seperti dulu. Bahkan di dinding ada iklan-iklan jadul hehehe. saya pun sempat selfie-selfie di sini. Membayangkan seolah jadi Menir-menir Belanda hehehe. Dari sini, saya kemudian keluar, dan siap-siap ke tempat lain.



Selanjutnya, saya akan berkunjung ke museum Bank Indonesia, teman-teman.. Yuk, mampir ke sini, ya!

Bambang Irwanto



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan Seru Pergi Pulang Bogor-Cipanas lewat Jalur Puncak

  Foto : Dewi Puspa Selama ini, saya selalu mendengar orang pergi liburan ke puncak Bogor yang memang sepertinya mempunyai magnet tersendiri. Kadang kalau ada long weekend, pasti orang akan berbondong-bondong ke puncak. Makanya saya langsung teringat pernah nonton di televisi, liputan orang-orang yang menawarkan penginapan atau villa di pun pak Bogor. Mereka berdiri atau duduk di sepanjang jalan sambi memegang papan bertuliskan "Sewa Villa. Atau pernah juga saya menonton jasa Ganjal ban mobil saat posisi mobil sedang berada di tanjakan dan sedang macet. Ke Puncak Bogor, yuk! Rabu 26 Februari 2025, akhirnya saya merasakan sendiri perjalanan pergi pulang Bogor-Cipanas melalui puncak Bogor. Jadi ceritanya, saya diajak oleh ClicKompasiana & Kreatoria berkunjung ke Istana Kepresidenan Cipanas. Tentu saja saya senang sekali. Seperti mimpi saja bisa menginjakkan kaki di istana Kepresidenan seluas 26 Hektar itu. Foto : Kang Bugi Saya berangkat pagi naik KRL  dari stasiun Pondok Ci...

Akhirnya naik kereta api Rangkasbitung Merak setelah 2 kali Gagal

  Setelah gagal 2x naik kereta Api Rangkasbitung-Merak, akhirnya, pada hari minggu, 9 Maret 2025, saya berhasil naik  juga pada percobaan ketiga hahaha. Segitu senangnya saya hahaha. Keingian Naik Kereta Comuterline Rangkasbitung-Merak Sejak naik kereta Walahar PP dari Cikarang ke Karawang saat eksplor stasiun kereta Whoosh Karawang  lalu dilanjutkan ngebakso pertama kali di Karawang , saya kok ingin mencoba kereta lokal lainnya. Adalah Mbak Utari, teman blogger dan penulis cerita anak yang mempromosikan kereta lokal Rangkasbitung-Merak. Kebetulan Mbak Utari tugasnya di serang, jadi memang sering naik kereta commuter line itu. Oke siap. Namanya saya penasaran, makanya saya pun ingin segera mewujudkan list saya itu. Apalagi tiketnya sangat pas di hati dan kantong. Hanya 3000 rupiah saja. Maka pada suatu hari di hari libur nasional, saya pun meniatkan diri untuk mencoba naik kereta lokal Rangkasbitung-Merak. Sesuai arahannya, dari stasiun Pondok Cina Depok, saya menuju ke M...

Keuntungan Jalan-Jalan Saat Bulan Puasa

Puasa kok jalan-jalan? Apa tidak capek dan haus? Terus batal puasanya. Saat puasa bulan Ramadan kan enaknya ngadem rebahan di rumah sambil nonton drakor. Eh.. hahaha. Saya juga awalnya berpikiran seperti itu. Kayak kurang kerjaan saja ya, bulan puasa malah keluyuran ke tempat wisata. Memang tidak ada hari lain? Tapi, kalau dipikirkan terus, maka saya tidak akan pernah tahu, bagaimana rasanya jalan-jalan saat puasa Ramadan.  Namanya juga penasaran, kan? Pengi beda gitu dengan yang lainnya. Karena yang bed aitu.. sesuatu hahaha. Lagian kalau saya jalan-jalannya pas hari lebaran, itu sudah biasa.. halah.. Gayane saya ini. Apalagi saya kan freelance. Jadi dari segi waktu memang lebih fleksibel. Jadi pas lebaran, saat orang desak-desakan di tempat wisata atau bermacet-macet ria di jalan, saya sudah santai di rumah makan ketupat opor ayam, sambal goreng ati hahaha. Nah, jalan jalan pas puasa itu, pernah saya lakukan saat masih berada di Kebumen. Saya susuri beberapa Pantai pantai di kebu...