Keseruan ikut Free Guined Walking tour, Sabtu 19 April2025 itu seru sekali. Menyusuri Kota Batavia dan mendengar ceritanya dulu dan sekarang, lalu lanjut ke Kampung Arab Pekojan, itu menambah pengetahuan saya. Makanya, saya pun memutuskan lanjut ikut lagi hari minggunya. Apalagi saya memang lagi free juga, belum ada jadwal syuting dan pemotretan. Halah… hahaha.
Siap-siap Menyusuri China Town Glodok
Seperti hari sabtu kemarin, pagi hari, pukul 9 kurang saya sudah sampai di Kawasan kota Tua. Acaranya sih, baru mulai pukul setengah 10. Tapi tidak apa, saya memang sengaja datang awal. Saya orangnya mah gitu, tidak bisa ditunggu hahaha sok penting banget saya ya. Jadi saya memang lebih baik menunggu.
Pukul 9 lewat, tampak peserta sudah berdatangan di KOTIC atau Kota Tua Tourism Information Center. Titik kumpulnya memang di sana. Semakin lama semakin ramai. Asyik.. seru nih, kalau jalannya ramai-ramai. Semakin semangat jalannya hehehe.
Pukul setengah 10 teng, Kak Arief atau Kak Abud mengajak kami berkumpul sejenak untuk briefing singkat. Setelah itu, kami berjalan menuju Halte kota yang berada di sampaing stasiun Kota dan di depan Gedung Bank BNI 46. Yess kami akan naik Transjakarta dulu menuju halte glodok, baru lanjut berjalan. Ini mungkin untuk mempersingkat waktu.
Tidak lama, kami sudah sampai di halte Tije Glodok. Setelah turun dan menyeberang jalan, kami menyusuri tepian jalan menuju Kawasan China Town. Karena masih pagi dan tenaga masih full, rasanya sebentar saja, kami sudah sampai di depan gerbang China Town. Tapi mungkin kuncinya adalah tadi saya sudah sarapan dengan sebungkus nasi uduk plus bakwan 2 biji hahaha.
Nah, nama Glodok diambil dari suara air pancuran yang keluar dari sebuah bangunan kecil berbentuk segi delapan yang dibangun sekitar tahun 1743 di halaman Stadhuis yang kini menjadi Museum Sejarah Jakarta. Bunyi air dari pancuran itu “Grojok.. Grojok…” yang oleh penduduk Tionghoa dieja Glodok.
Kak Abud juga bercerita, kalau ada versi lain soal asal usul nama Glodok ini. Jadi dulu kan sekitar situ banyak kapal. Nah, bunyi suara kapal klotok.. klotok... atau seperti itulah nama suara kapal hehehe.
Rumah Teh Pantjoran
Kak Abud mengajak kami berkumpul di depan Rumah Teh Pantjoran. Sesuai Namanya, ini memang rumah teh. Bangunannya sendiri merupakan rumah tinggal seorang kapiten Cina Bernama Gan Djie.
Ada tradisi yang dilaksanakan rumah teh ini. Jadi setiap pagi diletakkan 8 teko berisi teh untuk dibagikan. Siapa saja boleh minum Dan tradisi itu masih dipertahankan.Dulu Kapiten Gan Djie dan istrinya juga melakukan hal itu. Jadi pedagang yang lelah habis berkeliling berjualan, bisa minum teh tanpa dipungut bayaran.
Sayangnya pas kami mau coba, smeua teko sudah kosong. Ini karena banyak juga rombongan walking tour yang menyambangi Kawasan pecinan glodok ini. Benar nasihat nenek, datanglah cepat, biar kebgian rezeki hehehe.
Mari Kita Mencari Kuliner Enak
Kak Abud segera mengajak kami mulai berjalan karena matahari semakin tinggi. Tidak lama kami brhenti di sebuah toko obat yang merupakan toko obat tertua yang Sudha berdiri sejak tahun 1930-an. Jadi toko ini memang meracik obat sesuai keluhan pasien. Kak Abud cerita, saat covid, toko ini sangat ramai dengan antrean pengunjung yang panjang. Ada obat yang sebutir harganya200 ribu dn harus diminum setiap hari.
Lanjut-lanjut kami menuju ke Seberang dengan melewati jembatan. Eh, sampai di Seberang ada penjual combro. Kak Abud bilang, combronya enak, harganya 2500. Beli ah. Mumpung harganya pas di hati dan kantong. Dan combronya memang enak. Apalagi disantap saat baru digoreng.
Tidak lama kami melewati toko yang menjual beragam permen dan camilan. Salah satu permen yang terkenal adalah permen susu. Dan Kak Abud mengingatkan, kalau mau beli permen susu yang halal yang merk cap Panda. Harga satu on situ 15 ribu. Dan boleh kok campur dengan permen lainnya.
Mengunjungi Vihara
Jalan pun dilanjutkan. Kali ini kami mampir ke sebuah Vihara Dharma Sakti. Nah, ternyata banyak rombongan juga di sini. Jadi kmai berbagi waktu dan tempat. Tapi tetap bisa leluasa eksplor Vihara. Saya pun jadi tahu tata cara sembayang agama budha yang ada urutannya juga. Dan pertama harus ke tuan rumahnya dulu, baru ke dewa lainnya.
Dari Vihara Dharma Sakti, Kak Abud mengajak kami berjalan lagi. Sebenarnya, Kak Abud akan mengajak kami ke Gereja Santa Maria de Fatma. Hanya tidak jadi karena sengat ramai bertepatan dengan Misa hari paskah. Laju kendaraan depan gereja pun tersendat. Kami harus berjalan melipir-lipir lebih ke pinggir jalan.
Akhirnya Kak Abud langsung mengajak kami ke Vihara Dharma Jaya Toasebio. Dan ternyata di sini sangat ramai orang sembayang. Akhirnya kami hanya di luar saja. Sebenarnya bisa masuk asal tertib. Hanya kayaknya kurang enak saja nanti yang sedang sembayang jadi terganggu.
Matahari bersinar semakin Terik. Kak Abud mengajak kami istirahat sejenak sambil minum es jeruk. Saya memesan es jeruk kelapa muda. Enak dan segar apalagi cuaca memang lagi panas.
Setelah haus hilang, jalan dilanjutkan. Kami Kembali masuk ke sebuah jalan kecil dan bertemu area pasar lagi. Nah, di sini bertemu penjual bakpia. Mampir ah. Saya pun membeli bakpia isi duren. Harganya 6 ribu. Enak… kalau dompet banyak isinya, pasti saya borong semua bakpia beragam isian. Dari duren, kacang ijo, cokelat, dan keju hehehe.
keluar dari jalan kecil, kok bertemu dengan penjual chongfaifan makanan khas medan. saya penasaran ingin mencoba. Halal kok karena tebuat dari tepung beras yang bikin adem di perut, kemudisn disantap dengan soas encer, Dan semua kuliner yang ditunjukkan Kak Abud semuanya halal.
Dan sebenarnya, sebelumnya, saya sudah pernah menyusuri Kawasan China Town ini. Saya sempat lirik-lirik aneka kulinernya. Tapi tidak satu pun saya beli, karena kurang yakin halal atau tidak. Makanya itulah enaknya ikut walking tour seperti ini. Urusan icip-icip kuliner, aman, nyaman, terkendali hahaha. Makanya kalau mau ikutan Free Guined Walking Tour ini, caranya mudah dan gratis.
Setelah sejak menyusuri trotoar jalan, Kak Abud mengajak kami masuk ke dalam lagi. Di sini ada donat kentang Ellie yang juga terkenal. Lagi-lagi saya tergoda membeli. Harga donat kentang gula per biji adalah 14 ribu. Tekstur donatnya empuk dan lembut. Dan sebenarnya 11-12 dengan donat kentang yang sering dibuat di rumah saya hehehe.
Kami Kembali menyusuri. Eh, ada Choi pan. Beberapa teman membeli. Isi 4 biji harganya 25 ribu. Saya tergoda mau beli, tapi tahan ah, sudah banyak makanan. Lagian saya juga sudah sering coba.
Nah, yang menggoda saya juga cempedak goreng. Itu aromanya harum sekali. Cempedak itu tidak ada rasanya, hanya aromanya wangi. Maknaya disantap denga cocolan saus gula merah. Harganya juga 25 ribu.tahan.. jangan nafsu, fee mneulis belum cair haha.
Akhirnya Walking tour edisi the Secrect China Town & Culinary berakhir di Petak 6. Sebelum bubar, kami foto Bersama dulu. Lalu melanjutkan aktivitas masing-masing. Kalau saya akan Kembali ke Kota Tua. Rencananya saya akan ikut Fee Guined Walking Tour Edisi Journey to the Canal & CityWall of Batavia.
Bambang Irwanto
Wadidawww, mihiill juga jajan jajannya ya.
BalasHapusItu donat dibedakin kalo di pasar sini paling cuman 2500-an.
trus cempedak goreng kok harganya mayan overprice.
Mungkin karena daerah pecinan, jadi apa2 dimahalin yak.
Bakpia tuh dimana-mana memang selalu jadi kuliner enak
BalasHapusBahkan saat siapa saja yang mau datang ke rumah dan tahu mereka dari area sana, aku pasti titip
Sebenarnya soal rasa sih tergantung selera, tetapi bagi saya sudah sangat mewakili untuk kuliner enak dari China Town Glodok
Wahh ini mah jalan2 sambil wisata kuliner yaa. Alhamdulillah ada guide jadi bisa belajar sejarah plus dikasih tahu mana yg halal.
BalasHapusTekonya jadul banget yaa, teko blirik. Penasaran dengan rasa tehnya.
Pas dulu ikutan walking tour, kebetulan rutenya gak sampai ke gereja dan dua vihara tersebut nih. Termasuk yang penasaran sama penampakan di dalam, tapi karena di gereja ada ibadah Paskah sementara umat juga banyak yang tengah beribadah di vihara, memang jadi sungkan ya foto2 karena khawatir jadi ganggu.
BalasHapusMenarik nih. Aku paling suka bagian kulinernya. Kayak e kulinernya enak-enak, Pak. Apalagi cempedak gorengnya. Aku sudah pernah makan cempedak. Hampir kek nangka gitu kan ya.
BalasHapusUnik juga ya sejarah nama Glodok itu ... rupanya dari bunyi pancuran. Asyik ya wisata kota tua, apalagi banyak makanan hehe .... kalau saya ikut, khawatirnya mau coba macam2 jenis makanan. Di Makassar juga saya pernah wisata kota tua, bedanya ... tidak banyak makanan seperti dalam tulisan ini :D
BalasHapusGlodok memang surga dunianya perut, apalagi bagiku yang bebas makan haram, daerah china town glodok tidak pernah bosan untuk kembali dan kembali.
BalasHapusFavoriteku Rumah Teh Pantjoran, karena disana bisa menikmati teh dengan banyak ragamnya. Selain itu juga bisa menikmati cara khasnya. Selain teh, menu makanannya juga enak. Memang harganya bikin kantong mewek, tapi untuk menyiram jiwa segar buatku layak aja he he he.
Bebas borong makanan karena sudah pasti halal ya...
BalasHapusItulah enaknya jalan jalan kalau bareng guide
Ditunggu cerita jalan jalan selanjutnya ya Pak...
Kok jadi ngiler sama bakpia isi Duren nya yaa, ahaha.
BalasHapusItu toko obatnya sampai sekarang masih beroperasi atau udah enggak ya? Kayanya enggak ya, soalnya udah ditutup + gembok gitu.
Asik ikutan tur gini ya, karena jadi tenang, kulineran ya insyaallah halal.
Salah satu rute walking tour favorit nih mas. Soalnya mampir ke Tea house juga lalu bisa ketemu makanan yang menarik termasuk choipan 🤩🤩🤩. Dan bener titik kumpul KOTIC itu enak buat nunggu, jadi better datang lebih awal ketimbang kesiangan haheho kelelahan. Mending lebih awal dan bisa nyantai bin ngadem dulu. Sambil siapin energi buat jalan kaki.
BalasHapusWah harus siapain perut dan kantong ini mah ya. Banyak jajanan menggodaa. Tapi mmg kalo mo yg pasti halal harus bawa guide ya. Apalagi kalo yang baru pertama kali. Btw baru tau asal kata Glogok dari suara air pancuran hihi... ada-ada aja.
BalasHapusSeperti biasa, baca cerita pengalaman Pak Bambang itu komplit banget. Berasa diajak langsung eksplor sejarah serta kulineran tanpa takut salah pilih yang halal, dan selalu ada cerita unik dari tiap tempat yang dikunjungi.
BalasHapusSalfok sama bagian teko teh gratis, itu menarik banget dan bikin penasaran. Sayangnya nggak kebagian ya mas.. mungkin next time lah hehehe
Seriuuuus sih, aku pengen banget ikutan walking tour kalo temanya kulineran 😂😂😂😂. Duuuuh ntr aku cek2 jadwal mereka deh mas.
BalasHapusGlodok itu memang surga kuliner. Tp selama ini aku ga pernah eksplor Krn ga tahu mana yg halal.
Memang enaknya pake guide begini, yg udh paham ttg kuliner yg dijual. JD buat muslim aman juga utk beli
Seru banget jalan-jalannya. KEren nih kebiasaan di rumah teh yang slelau berbagi teh tiap hari, kebiasaan baik yang jarang ditemukan saat ini
BalasHapusbtw itu jajanan tradisionalnya banyak yang saya ga tahu, termasuk mican dan jajanan khas Medan
Jadi beneran pengen ikut walking tournya nih
Walking tournya jajan sendiri ya Pak?
BalasHapusAsik sih ini sambil menjelajah soal sejarah dan budaya, sambilan pula hunting kuliner.
Berarti gak hanya kudu kuat dengan tenaga aja nih, siapkan juga bujet buat ngemilnya, karena bakalan tergoda dengan kuliner yang ada ya Pak
iihh masih penasaran eksplor Glodok dsk deehh, apalagi Pantjoran Tea House ituu sebagai penggemar teh kudu wajib visit ke sini. Bener kata teman-teman yang lain, pake guide lebih baik supaya bisa mengenalkan mana kuliner yang halal dan enggak...
BalasHapusikutan walking tour begini seru banget, apalagi kalau yang diexplore kawasan yang banyak sejarahnya seperti China Town atau kota tua.
BalasHapusSelain dapet teman baru, pastinya dapet wawasan juga.
Blusukan ke Glodok, ternyata nggak cuman jalan-jalan biasa aja, tapi bisa diselingi dengan jajan juga. asik sih ini
Aku suka banget kalu kuliner ke Glodok ga bosen bosen deh abis nya makanan nya banyak banget dan enak enak trus ada aja yg baru serasa ga pernah habis gitu kenalan ama makanan barunya hehehe
BalasHapusWah seru banget ya jalan-jalan dan melihat serta nyicip aneka ragam kuliner China Town. Di Bandung sendiri ada China Town. Aku pernah menyusurinya. Tapi huhu... aku belom berani banyak nyicip kulinernya. Cuma beberapa aja juga yang disarankan temenku yang emang Chinese. So far, aku suka rekomendasi dari temenku itu. Selama itu halal, why not. Walopun ada yang kurang pas di lidah aku.
BalasHapus