Jalan-jalan itu hobi saya. Diajak jalan-jalan, itu kebahagian saya. Dan itulah yang saya rasakan saat diajak oleh Sudin parekraf untuk wisata keragaman religi Jakarta Utara. Mengunjungi 5 tempat ibadah dari berbagai agama yang ada di Indonesia, itu sangata membahagiakan bagi saya.
Kumpul dulu yuk...
Sebelum jalan-jalan-jalan peserta yang terpilih kumpul dulu di kantor walikota Jakarta Utara, tepatnya di gedung Yos Sudarso. Karena sebelumnya sudah pernah ikut juga saat wisata religi Bulan puasa, maka saya sudah bisa tahu ancer-ancer tempat dan waktunya. Dari tempat tinggal saya di Depok, pukul 6 kurang, saya sudah sampai di titik kumpul pukul setengah 8 Pagi. Dan ternyata para peserta on time semua lho. Jadi akhirnya perjalananan wisata Religi Keragaman dimulai tepat waktu yaitu pukul 08.00 Wib.
Setelah registrasi dan dibagikan kaos peserta kami pun naik ke bus yang sudah disediakan. Saya duduk di sebelah Mbak Amelya, teman blogger juga. Bus pun melaju dengan aman. Nah wisata religi Kali ini pemandunya adalah kak Ilyas.
Vihara Bahtera Bhakti
Tujuan pertama kami adalah Vihara Bahtera Bhakti yang ada di daerah Ancol. Vihara ini dulunya Bernama kelenteng Da Bo Gong di daerah Slingerland sebelah timur Sungai ancol. Vihara ini berada di rumah-rumah mewah di perumahan pasir putih Ancol.
Vihara yang usianya sudah hampir 600 tahun ini, dulu dikenal dengan nama Klenteng Da Bo Gong, lalu berganti nama menjadi klenteng Ancol sampai akhirnya Bernama Vihara Bahtera Bhakti.
Vihara Bahtera Bhakti ini memiliki keterkaitan dengan kedatangan laksmana Cheng ho ke Nusantara beberapa ratus tahun lalu. Dari cerita Pak Apriyanto pengurus Vihara, Laksamana Cheng itu berlayar mengelilingi nusantara dalam rangka mencari orang-orang yang lari dari negeri china karena kesalahan atau tersandung kasua. Nah, Saat singgah di daerah ini, mereka disambut oleh tarian Ronggeng setempat. Nah, salah satu penari adalah siti Wati yang merupakan anak ulama terkenal bernama Mbah Areli Dato Kembang dan Ibu Enneng.
Koki Laksamana Cheng PO yang Bernama Sampo Soei Soe yang merupakan seorang muslim Laksmana Cheng tertarik pas Siti Wati. Akhirnya mereka menikah. Dan Sampo Soei Soe akhirnya memilih menetap di Nusantara .
Bertahun-tahun kemudian rombongan dari Tiongkok mencari Sampo Soei Soe yang ternyata sudah meninggal. Untuk mengenang jasanya maka dibangunlah rumah sembayang. Karena Muslim, maka Vihara ini tidak menerima persembahan daging babi.
Masjid Ramlie Musofa
Tujuan kedua kami adalah Masjid Ramlie Musofa di daerah Sunter Agung. Pendiri masjid adalah Ramlie Rasidin yang merupakan keturunan Tionghoa tapi sudah mualaf sejak usia 19 tahun dengan mengucapkan di kalimat syahadat di Aceh. Nama masjid sendiri berasal dari nama keluarga intinya. Ram berarti Ramli, lie adalah nama istinya. Mu Adalah Muhamad, So adalah Sofian, dan fa adalah Fabian.
Masjid ini dibangun tahun 2011 dan diresmikan tahun 2016 memang sangat menarik perhatian, karena bangunannya berarsitektur Taj mahal.
Masjid 3 lantai ini memang menawan. Dengan karpet hijau yang menyejukkan mata, dan langit-langit tinggi bikin adem hati. Di depan ada bedug tempat adzan juga.
Masjid Ramlie Musofa tidak hanya Ramai didatangi untuk salat, tapi juga ada yang buat foto prewedding, termasuk orang yang ingin menjadi mualaf.
Gereja Tugu
Kelar mengisi perut di kembang Kawung Kelapa Gading, Kami Kembali menaiki bus. Selanjutnya bus meluncur ke daerah kampung tugu. Tujuan kami ke Gereja GPIB Tugu.
ereja Tugu dibangun Pada abad ke 18 atau sekitar tahun 1676-1678 oleh komunitas keturunan portugis, bersamaan dengan dibukanya sekolah rakyat pertama di Indonesia oleh Pendeta Melchior Leydecker. Bangunan gereja Tugu yang kami datangi ini, bukan merupakan bangunan pertama gereja Tugu, karena sudah mengalami pembangunan ulang.
Di jalaman gereja ada lonceng. Tapi ini bukan lonceng pertama, yang ada di rumah kediaman pendeta. Untung sebelum plang, ada teman sempat turun bus lalu memotret lonceng pertama.
Sebelum pulang kami sempat menyaksikan keroncong tugu yang dimainkan. Senang sekali rasanya bisa melihat dan menyaksikan langsung Keroncong Tugu yang sudah terkenal itu.
Asyiknya lagi sambil menikmati kue pisang udang yang merupakan makanan khas kampung Tugu.
Kue pisang ini bentuknya segitiga yang Dibungkus daun pisang. Mirip nagasari. Tapi isinya adalah parutan pepaya muda yang dicampur udang. Enak deh, rasanya. Saya saja makan dua biji. Mau nambah malu hahaa.
Vihara lalitavistara
Dari kampung tugu, bus meluncur ke daerah Cilincing. Tujuan selanjutnya adalah vihara Lalitavistara. Vihara ini sangat berdekatan dengan rumah abu. Juga dekat dengan Masjid Al-alam Cilincing. Termasuk juga dengan Pura Segara Jakarta Raya yang akan kami kunjungi.
Kami disambut oleh seorang mahasiswa sekola Tinggi Agama Budha semester 3. Aduh , saya lupa siapa namanya. Tapi penampilannya sudah seperti biksu. Jadi dulunya ada seorang pedagang Tionghoa yang kapalnya terdampar di daerah Cilincing, karena siar laut surut. Dia lelu menemukan sebuah papan bertukiskan "San Guan Dadi" yang artinya Penguasa bumi, penguasa langit dan penguasa bumi.
pedagang itu pun memberi hormat dan berharap ada dewa yang akan membantunyaTidak lama air pasang dan kapalnya pun bisa berlayar kembali. Sejak itu, dia berjanji akan kembali untuk membangun tempat peribadatan yang menjadi altar san Guan Da Di.
Nah di dalam kompleks Vihara ada sekolah yang Bernama Mahaprajna dari tingkat Tk hingga SMP. Menariknya 85 persen siswanya adalah muslim. Ada juga klinik Kesehatan. Ada juga sekolah tinggi agama Budha (STAB) Maha Prajna
Kami pun diajak berkeliling melihat keadaan vihara. Pertama kami diajak ke ruang Altar. Saya sendiri senang melihat patung-patung dewanya yang selama ini saya lihat di internet atau nonton di televisi saja jumlahnya juga banyak ya.
Pura Segara Jakarta Raya
Waktu semkin sore, tapi kami tetap bersemangat melanjutkan jalan-jalan ke tempat terakhir. Pura segara tidak jauh dari Vihara Latitavistara. Sebentar saja kami sudah sampai.
Saya sebenarnya lupa membawa kain. Untunglah panitia menyediakan. Jadi saya pun meminjam satu. Sebelum masuk, saya pun memakai kain di pinggang.
Pak Nyoman Sidartha menyambut kami dengan ramah. Pak Nyoman menjelaskan soal segara yang artinya laut. Pak Nyman juga menginfokan kalau halaman pura yang luas, bsa dijadikan untuk kegiatan. Misalnya acara musik. Nanti kan, ada penjualan makanan dan minuman yang bisa menjadi pemasukan juga.
Karena waktu sudah mendekati magrib, kami pun bergegas untuk mengeksplor pura sejuga ini. Lagi-lagi saya terpesona. Jujur seperti berada di Bali hehehe. Saya juga jadi tahu tempat sembayang orang Hindu.
Akhirnya selesai juga Wisata Keragaman Religi Jakarta Utara. Saya sangat bersyukur bisa ikut acara ini. Tidak saja hati senang, tapi saya mendapat pengetahuan dan hal-hal. Semakin menunduk betapa tingginya kerukunan umat beragama di Indonesia. Terima kasih Sudin Parekraf Jakarta Utara atas kesempatannya. Sampai jumpa di wisata lainnya. Salam...
Bambang Irwanto
Ramlie Rasidin jadi mualaf umur 19 tahun, lalu bangun Masjid?
BalasHapusWaahahahaha, mantab benerrr
anak remaja umur segitu sudah bisa melakukan analisis terhadap beragam aliran agama, dan ambil keputusan secara mindfull.
lalu juga bisa bikin masjid pula. kereeenn!
Seru banget jalan-jalan kayak gini. Ketempat2 yang keren dan nambah wawasan dari berbagai agama. Gimana caranya biar bisa ikutan wisata kayak gini, mas?
BalasHapusLuar biasa sekali wisata kali ini ya, lintas religi. Menarik sekali tahu sisi Jakarta dengan ragam tempat ibadah berbeda Agama.
BalasHapusMasjid Ramlie Musofa ini sempat sering lewat di beranda IG ku, tempatnya cakep. Lalu untuk Vihara yang tidak menerima persembahan babi (baru tahu aku nih) yang paling menarik informasinya si kue pisang itu, sebagai penikmati pisang naluri berburunya langsung menyala ingin merasakan perbaduan pisang , parutan pepaya muda yang dicampur udang. Ngiler.
Oh, aku tidak menyangka ada pura juga ya di Jakarta bagi pemeluk agama Hindu. Lengkap banget ya tempat2 ibadah di ibukota kita ini, sebagai simbol keragaman agama yang ada di Indonesia. Seru sekali jalan2nya.
BalasHapusBaca ini jadi bersyukur hidup di negara Indonesia ya pak. meskipun memang kadang kita suka ribut mulu dan gampang dikotak-kotakin, tapi sebenarnya konsep negara ini tuh Indah banget. Kita bisa rukun antar umat beragama, itu aja udah anugerah yang luar biasa ya sebenernya.
BalasHapusBtw pak, kalo mau wisatanya lebih sat-sat, bisa ke taman mini aja, hahaha. Disana malah ada 6 tempat ibadah yang tetanggaan semua satu sama lain wkwkwk
beruntungnya pak Bams bisa ikutan acara seperti ini yaaaaa... Sungguh pengalaman yang membahagiakan bisa mengikuti wisata religi keragaman Jakarta Utara! Mengunjungi lima tempat ibadah dari berbagai agama dalam satu hari memberikan wawasan yang luar biasa tentang toleransi dan kerukunan di Indonesia.
BalasHapusAlhamdulillah Mas Bams bisa wisata plus belajar sejarah dan mengenal berbagai tempat ibadah agama-agama di Indonesia. Kalau tour seperti ini apa ada lagi yang untuk pelajar ya? Biar mereka lebih cinta damai dan sekaligus mengenal tentang keberagaman di Indonesia.
BalasHapuswaw aku baru tahu kalo Ramlie mualaf di usia yang masih belia. dan bangun masjid pula
BalasHapusserunya ikutan walking tour gini tuh jadi tahu banyak hal baru.
Waah ke Masjid Ramli Mustofa juga kunjungannya. Saya lihat masjidnya ini wara-wiri di medsos, dan memang se apik itu bangunannya. Pengen juga pankapan singgah ke sana, buat prewed mungkin eh, aamiin dah haha
BalasHapusWaah ke Masjid Ramli Mustofa juga kunjungannya. Saya lihat masjidnya ini wara-wiri di medsos, dan memang se apik itu bangunannya. Pengen juga pankapan singgah ke sana, buat prewed mungkin eh, aamiin dah haha
BalasHapusKeberagaman di negeri tercinta ini bikin makin berwarna ya. Acara yang diadakan sama Sudin Parefkraf Jakut bagus nih. Jadinya nambah wawasan terkait rumah-rumah ibadah dari beberapa agama.
BalasHapusKembali mengingatkan tentang pentingnya toleransi dan tentu jadi tahu isi vihara juga. Menarik dan jalan-jalan seperti ini emang seseru itu yak.
ikutan tur begini, aku juga suka Pak Bambang, sayangnya di Jember udah ga ada tuh anak anak lokal yang bikin ide seperti ini
BalasHapuspadahal kalau kita bisa explore tempat bersejarah di kota tersebut, jadinya seru dan nambah pengalaman ya
tur wisata religi Pak Bambang asik juga tuh, bisa makan kue pisang, mantapp nih
Ya ampun seru banget mas, mengunjungi tempat ibadah semua agama: vihara, masjid, gereja, pura. Ternyata di Jakarta Utara, peninggalan bersejarahnya ok juga ya, termasuk tempat ibadah ada yg usianya 600 thn.. keren.
BalasHapusItulah kenapa aku sukaaaa banget datang ke tempat2 ibadah tiap kali traveling mas. Ntah itu gereja, mesjid, pura, wihara bahkan sinagog utk yahudi aku juga pernah masuk.
BalasHapusVibe tempat ibadah itu semua sama... Adem, bikin tenang. Krn semua agama toh mengajarkan kebaikan.
Kayaknya next aku malah pengan masuk ke tempat tempat ibadah agama lain di jakarta deh. Malah belum pernah 😄
aku jadi penasaran sama Masjid Ramlie Musofa, jadi tadi langsung sekalian googling dan ternyata bagus banget yaaa.. kayak di India.
BalasHapusbtw jalan-jalan kayak gini tuh seru banget ya selain nambah erat pertemanan juga wawasan soal tempat baru.
Wah seru ya bisa ikutan wisata keragaman religi dari Sudin Parekraf, aku pribadi sudah pernah berkunjung ke semua tempat tersebut dan emang bagus sejarahnya , tempatnya juga bersih terawat
BalasHapusKreatif nih acara jalan-jalan Dinas Pariwisata, keliling 5 tempat ibadah yang bersejarah..jadi ingat dia Bali dulu ada kawasan 5 tempat ibadah berderet di satu jalan..
BalasHapusWah, keren
BalasHapusDi Jakarta Utara banyak wisata religi dengan mengusung konsep keberagaman Indonesia ya mas
Sama seperti di Surabaya Utara nih
Saya jarang mengikuti wisata religi di Jakarta Mas Bambang, jadi membaca artikel dan pengalaman Mas Bambang jadi tahu banyak soal destinasi wisata religi di Jakarta kkususnya di Jakarta Utara. Kapan-kapan semoga bisa kunjungi semuanya
BalasHapus