Di ujung bulan Mei 2025 ini, saya senang sekali. Saya diajak Kompasianer Tangerang Selatan Plus atau KETAPELS untuk mengikuti ‘SKETSA ON THE SPOT Merekam Kegiatan Festival Peh Cun 2025’. Makanya saat ada ajakan di event kompasiana, saya langsung daftar, dan alhamdulilah terpilih.
Selamat Pagi Stasiun Tangerang
Minggu 31 Mei 2025, pukul 06.58 WIB , saya sudah sampai di stasiun Tangerang. Dari Depok, saya Memnag berangkat pukul 5 lewat. Kerajinan? Oh, tentu saja bukan hahhaa. Kalau berangkat cepat, saya bisa Santai di jalan. Lagipula jam segitu sudah pas, karena kami kumpulnya pukul 8 pagi. Saya pun duduk-duduk Santai dulu dalam stasiun, termasuk sebelumnya ke toilet dulu.
Lima belas menit kemudian, saya keluar stasiun. Tidak lama, saya bertemu dengan Pak Sutono dan Pak Rifki. Kami mengobrol sebentar, lalu ada pesan whatsapp dari Mbak Denik, kalau sudah menunggu depan pintu stasiun. Kami pun bergegas ke sana.
Mbak Denik langsung menyambut kami. Hati makin happy karena langsung disodorin goodie bag. Isinya ada papan alas, pensil, rautan, penghapus. Ada juga sebotol air mineral, roti dan bacang. Asyik.. bisa sarapan dulu. Stt… kebetulan saya belum sarapan. Lontong yang saya beli ketinggalan di motor hahaha.
Berjalan Kaki Menuju Kali Cisadane
Menjelang pukul setengah 8, hampir seluruh rombongan sudah datang. Mbak Denik pun mengajak kami berjalan kaki menuju kali Cisadane di daerah kali Pasir. Menyenangkan sih, dan tidak terasa karena jalannya bareng-bareng sambil mengobrol. Dan bukan ngosipin kamu ya… hehehe
Sebenarnya, saya sudah kali ke daerah sini. Hanya waktu itu saya hanya jalan-jalan di stasiun Tangerang dan sekitar Pasar Lama. Saya tidak ngeh kalau di dekatnya melintang kali Cisadane. Nah, saat melihat jembatan, saya kok rasa-rasanya sering melintasi kalau pulang dari rumah sepupu di daerah Pasar Kemis dan Perumahan Borobudur. Aah.. entah sdah berapa purnama saya tidak daerah sana, sejak mereka sudah pindah.
Tidak lama, kami sudah sampai di tepian Sungai Cisadane. Dan ternyata di dekat sini ada juga Masjid Tua. Pastinya bisa jadi wisata sejarah seru untuk keluarga menjelajahi tempat seru dan bernilai edukasi bersama anak. Pastinya ini termasuk cerita sungai Cisadane dan Festival Peh Cun juga.
Ternyata suasana sudah ramai. Sudah banyak orang yang duduk lesehan. Enaknya karena sudah ada alas rumput sintetis. Terus sudah berjejer pedagang makanan juga.
Pembukaan Festival Peh Cun 2025
Saat kami tiba, peresmian festival Peh Cun akan segera dibuka oleh Walikota Tangerang Bapak Sacrudin, Saya pun merapat ke tepi kali. Tampak balon yang siap diterbangkan yang menandakan pembukaan Festival peh Cun 2025.
Yang menarik hati saya adalah gunungan bacang. Jujur, baru seumur-umur, saya melihat gunungan bacag ini. Saat saya tanya, berapa banyak bacang, kata si ibu sekitar 1200 biji, tapi kata seornag bapak sekitar 1300 biji. Tidak masalah. Soalnya saya juga puyeng kalau disuruh menghitung. Pokoknya banyak ya hahaha.
Nanti gunungan bacang ini akan dibagi. Pengunjung boleh ikut mengambilnya. Saya tertarik, tapi seorang teman mengingatkan, tidak usah ikutan Pak. Kenapa? Teman itu memberitukan sesuatu sst..sst… oh.. begitu. Baiklah, kalu begini saya mundur hahaha.
O, iya. Festival Peh Cun ini dirayakan setiap tahun pada tanggal 5 bulan 5 penanggalan imlek dan telah berusia 2300 kalau dihitung dari masa Dinasti Zhou.
Sketsa on the spot
Setelah menyaksikan pembukaan, kami berkumpul di salah satu tepi kali Cisadane. Lomba perahu naga maish diadakan pukul 2 siang, jadi seusai acara kami akan belajar membuat sketsa dulu Bersama Bang edi Bonetsky dan Bang Dedi Jauhari dari benteng Urban Sketcher. Kami pun bergegas mengeluarkan peralatan sketsa sambil mendengarkan penjelasan dari Bang Edi Bonetsky.Menurut Bang Edi, untuk bisa membuat sketsa, itu tidak harus memiliki bakat. Tapi kemaun untuk belajar dan terus Latihan membuat sketsa. Dan saya langsung teringat ini sama dengan menulis. Untuk menulis itu tidak pelru bakat. Kalau pun ada, paling 1 persen. 99 persen adalah terus semangat menulis. Belajar sketasa dan menulis sama-sama adalah sebuah proses.
Bang Edi menambahkan, saat menbuat sketsa, tidak harus sama persis dengan obyeknya. Kalau sama persis, difoto saja. Apalagi tiap orang mempunyai gaya masing-masing. 1 obyek yang sama, bisa sketsanya berbeda saat dibuat oleh orang-orang yang berbeda.
Contohnya bang Dedi Jauhari. Dia itu belajar membuat sketsa belum lama. Sebelumnya Bang Dedi membuat gambar untuk sablon baju. Tapi lihatlah hasilnya. Wow.. keren sekali. Kalau sudah diberi pigura, pasti keren saat dipajang.
Seseruan Sketsa On The Spot
Semkain siang, kegiatan memebuat sketsa semakin seru dan menarik. Sambi membuat sketsa, kami juga bertanya pada Bang Edi. Beliau juga memberi masukan setiap sketsa yang kami buat. Jadi tambah pengetahuan juga. Kami terus semangat, karena sambil minum jamu sereh jeruk nipis dari Jamu Mba Denik. Mantap…
Bang Edi juga membuat sketsa menggunakan tinta cina. Sedangan Bang Dedi membuat sketas keren di atas kaos hitam dengan menggunakan pensil kaca dan pemutih pakaian. Hasilnya keren dan beda. Dijamin tidak samanya. Jadi teman-teman-teman yang mau pesan dengan sketsa sendiri, bisa kontak Bang Dedi di akun IG-nya.
Menjelang pukul 12, acara SKETSA ON THE SPOT Merekam Kegiatan Festival Peh Cun 2025 pun selesai. Sebelumnya dituntaskan dulu dengan semangkuk mie ayam dengan kecap khas Tangerang. Setelah itu acara bebas.
Senangnya kemarin bisa ikut acara keren ini. Terima kasih KETAPELS, Bang Edi Bonetsky, Bang Dedi Jauhari, dan Jamu Mba Denik. Sampai jumpa lagi di acara jalan-jalan berikutnya.
Bambang Irwanto
Wah serunya! Saya juga tinggal di Tangsel nih, gimana caranya bisa gabung Kompasianer Tangerang Selatan ya? Lumayan ikut komunitas bisa nambah networking dan seru-seruan ikut kegiatan kayak gini..
BalasHapus