Walking Tur menyusuri kota tua, saya sudah sering. Bahkan, saya Pernah ikut keseruan walking tur Kota Tua 2 hari berturut-turut. Tidak hanya menambah pengetahuan saya, tapi juga menambah teman.
Nah, kalau walking Tur sambil belajar memotret, ini saya belum pernah. Makanya saat ada pengumuman di akun Instagram kota tua soal acara bertajuk Jakarta Dock Diaries : History, Click, Vibes, saya lansung daftar. Apalagi di kesempatan sebelumnya, saya telat mendaftar. Dan asyik.. saya dapat kesempatan ikut.
Soalnya saya itu memang suka sekali jalan-jalan. Harapan saya sih, bisa keliling Indonesia. Pastinya salah satunya saya pengin liburan ke Takengon, ibukota Aceh Tengah yang terkenal dengan pemandangan alamnya yang indah dan udaranya yang sejuk.
Maka di hari Sabtu pagi yang cerah, pukul setengah enam, saya sudah meninggalkan rumah menuju stasiun pondok Cina Depok. Seperti biasa, saya naik KRL menuju stasiun Jakarta Kota. Entah saya sudah berapa kali saya ke stasiun kereta yang dulunya bernama stasiun BEOS. Terakhir, saya ke Kota Tua lalu jalan-jalan dari Blok M sampai ke Bogor
Sesuai brief, peserta harus kumpul pukul 8 pagi di depan KOTIC atau Kotatua Tourism Information Center. Jadi kalau teman-teman ke Kota Tua dan butuh informasi, mampir saja di box warna oranye di samping museum keramik dan seni rupa.
Alhamdulillah perjalanan lancar, pukul 7 lebih, saya sudah sampai di Stasiun Jakarta Kota. Sebelum ke KOTIC, Saya pun masih sempat sarapan nasi uduk yang saya beli dekat rumah. Kalau perut kenyang, jalan pun pasti kuat dan bersemangat. Apalagi rute yang akan ditempuh juga lumayan jauh hehehe.
Kumpul-kumpul…
Menjelang pukul 8 pagi, hampir semua peserta yang berjumlah 20 orang sudah berkumpul. Sebelumnya kami memperkenalkan diri dulu satu per satu. Dan ternyata… peserta dari Depok paling banyak. Apa orang Depok memang suka jalan jalan seperti saya hahaha.
Setelah mendapat pengarahan dari Mbak Tsani selalu guide tur ini dan Mbak Errent dari Komunitas Historia Jakarta yang akan mengajari teknik fotografi, kami pun mulai diajak berjalan. Pertama kami berhenti dulu di depan museum seni rupa dan keramik. Mbak Tsani menjelas secara singkat tentang Sejarah kota tua yang tadinya memang kota Batavia di zaman VOC.
Setelah itu, mbak Errent lalu mengarahkan kami untuk membidik hape atau kamare ke AaGedung Sejarah Jakarta. Kami diajarkan Teknik perspektif. Untuk foto memang sebaiknya menggunakan 3:4 baik lanscape maupun potrait. Karena kami membidik gedung, maka bisa diambil low angle agar tampak tinggi
Membidik Sekitar kali besar
Selanjutnya, kami berjalan meuju kali esar. Nah, kami berhenti di sbuah patung yang dibuat oleh Dolorosa Sinaga yang ternyata salah satu bentuk kampanye kebersihan bentuknya seorang penari. Mbak Errent menjelaskan untuk foto kali ini bisa leih dibidik detail-detail pada patung yang seperti terbuat dari tanah.
Sementara Mbak Tsani menjelaskan kalau di sekitar kali besar ini memang gedung-gedung perniagaan. Karena dulunya kali ini tempat dilalui kapal-kapal. O iya, kali besar ini adalah terusan Sungai Ciliwung. Dulunya berkelok-kelok, tapi oleh Belanda kali Ciliwung diluruskan.
Pelajaran fotografi pun dilanjutkan. Mbak Errent mengajak kami menuju gedung Cipta niaga. aNah, untuk kali ini, Mbak Errent menyarankan kami membidik dari Tengah dengan low angle. Apalagi cuaca sangat bagus. Jadi smeua warna di foto bisa keluar.
Kami pun menyusuri Gedung-gedung perniagaan di sekitar kota tua. Kami pun melewati banyak bangunan keren untuk dibidik. Kami diajari pengambilan gambar dari sisi ¾ dan hasilnya keren lho
Ternyata perjalanan kami ini Kembali lagi ke kali besar di depan hotel yang dulunya bernama Omni Batavia Hotel Mba Errent pun meminta kami membidik. Sayangnya ada mobil, padahal sudut yang diambil sudah bagus.
Jembatan Kota Intan
Tujuan selanjutnya kami ke Jembatan Kota Intan. Mbak Tsani menjelaskan bagaiman dulu jembatan intan bisa dibuka tutup. Sementara Mbak Errent menjelaskan bahkan pengambilan foto untuk jembatan bisa lebih leluasa. Bisa di Tengah atau angle ¾ . bisa lanscape atau potrait. Sebelumnya, kami juga sempat foto Bersama di depan jembatan Kota intan.
Dari jembatan Kota Intan perjalan dilanjutkan menuju Pelabuhan sunda kelapa. Kami sepat berhenti, saat Mbak Tsani menjelaskan, kalau dulu ada gerbang untuk masuk ke kota Batavia. Namun sayangnya sudah dihancurkan, karena setelah Indonesia menyatakan kemerdekaan, tidak ingin ada bekas-bekas peninggalan penjajah Belanda.
Pelabuhan Sunda Kelapa
Tujuan kami selanjutnya adalah Pelabuhan sudah kelapa. Saya sangat senang karena akhirnya saya menginjakkan kaki di pelabuhan sunda kelapa untuk pertama kalinya. Pelabuhan ini sekarang hanya menjadi Pelabuhan antar pulau dan domistik saja. Untuk pelabuhan international sudah berpusat di Tanjung Priok.
Nah, di sini, Mbak Errent mengarahkan kami mengambil foto human interested. Boleh membidik aktivitas orang-orang. Tapi dengan catata tidak boleh terlihat wajahnya. Boleh dijepret dari arah belakang. Saya pun membidik dua oran yang sedang mengangkat pipa.
Lanjut Mbak Errant mengajak kami ke peti kemas. Kebetulan lagi ada kegiatan pemindahan peti kemas. Dan ini momen langka yang harus diabadikan.
Sebenarnya ada satu obyek menarik yang menurut saya keren dibidik yaitu tugu perahu Pinisi. Tapi sayang bagian bawahnya ketutup rimbunan bunga asoka.
Menara Syah Bandar
Sebelum ke menara syah bandar, kami berhenti sejenak di depan restoran VOC. Di dekatnya ada replika gerbang kota Batavia. Mbak Errent menjelaskan, bidikan bisa diambil dari air
Kemudian kami menyebrang menuju menara syah bandar yang katanya menara Pisa Jakarta. Menara setinggi 12 meter ini Memang sudah terlihat miring. Makanya sudah ditutup untuk umum. Padahal waktu saya ikut walking tur edisi Menyusuri Kanal Besar Sampai Tembok Batavia, Menara Syah Bandar ini masih dibuka.
Mbak Errent kembali menegaskan kami bisa membidik menara Syah Bandar dari tengah, ¾, atau low angle. Bisa juga hanya terlihat 1 jendela saja tapi terlihat langitnya juga.
Museum Bahari
Tujuan terakhir kami adalah museum Bahari. Sebelum masuk e dalam, Mbak Errent Menjelaskan teknik pengambilan foto bisa ¾. Kemudian bisa fokus pada pintunya. Bisa juga mengambil setengah pintunya agar lampu minyaknya terlihat.
Sedangkan Mbak Tsani menjelaskan kelau museum Bahari adalah Gudang rempah-rempah yang dibangun di abad 16. Pembangunannya bertahap. Makanya di setiap pintu ada tulisan anno disertai tahun pembuatannya. Misalnya Anno 1719
Di dalam Museum Bahari kami bebas menjepret. Bahkan kami juga diajak berkeliling untuk melihat koleksi museum Bahari. Karena baru pertama kali mask sini, jadi saya sangat antusias sekali. Pengetahuan saya juga bertambah
Menjelang siang tur.. pun usai. Sebelum ulang, kami diberi snack dan juga souvenir mug cantik sebagai kenang-kenangan. Terima kasih kota tua dan museum Bahari. Terima kasih Mbak Tsani dan Mbak Errent. Sampai jumpai lagu di Jalan-jalan lainnya.
Bambang Irwanto
Banyak banget spot ya... kalau di pecah bisa jadi belasan artikel ini lagi
BalasHapusAsyik banget ini mah.
BalasHapusHobi jalan²
Hobi berkomunitas
Hobi jepret²
Hobi explore bangunan jadul
semua bisa tergapai dalam.satu acara ya
Issh aku mauuuuu dong ikutan yg foto walking tour gini kalo ada lagiiii 😍😍😍😍. Penting, utk belajar memotret bangunan. Aku suka bingung kadang ambil angle nya mas.
BalasHapusAku doain Mas Bambang bisa ke Takengon, ya Allah itu memang Swiss nya Indonesia 😍😍😍. Gilaaaa cantik bangetttt. 1-1 nya kota yg suamiku sampe ngomong, 'beli rumah yuk di sini' 😄. Terpesona banget dia
keren nie pak bambang bisa ikut walking tour terusss jadi pengen apalagi kali ini ada tambahan ilmu tentang teknik pengambilan foto jadi nambah2 nie ilmu yang di dapet gak cuma sejarah namun juga teknik foto...
BalasHapusbisa ikut walking tour itu memang bikin nagih yaa bisa jelajah kota bareng2 trus jadi tahu sejarah setiap detailnyaa..keren !!!!
Batavia ini termasuk salah satu kota tua di jakarta itu ya mas? Asli aku ndak tahu lho masih ada batavia di jakarta ini dan jadi salah satu destinasi wisata. :D
BalasHapusVibes-nya itu keren banget, berasa diajak lewat mesin waktu dari bangunan-bangunan tuanya. Duh jadi pengen banget kesana.. :)
Huah, aku sebetulnya daftar juga euy, tapi akhirnya gak dateng karena masih ngurusin anak-anak sekolah. Sayang banget di weekdays, semoga berikutnya ada di weekend nih. Seru juga berkeliling ke semua tempat ini sambil belajar fotografi, jadi bisa ngulik foto gedung paling bagus tuh dari sisi mananya. Seru seru mas.
BalasHapusTapi sayang ya itu menara Syah Bandarnya sudah tutup, waktu aku ke sana terakhir kali juga masih dibuka dan anak-anak bisa naik sampai ke atas juga euy.
Bagus-bagus hasil fotonya Mas Bams. Paling tertarik megang patung yg ada di sana |(eh boleh dipegang gak sih?)
BalasHapusSeru banget bisa jalan-jalan, belajar sejarah, nambah teman baru, sekalian belajar memotret. Bagai sekali dayung 3-4 pulau terlampaui.
Aamiinkan dulu, semoga kelak Mas Bams bisa traveling dari Sabang sampai Merauke, dan ke luar negeri juga.
Yuni Bint Saniro: keren banget, Pak. Jalan-jalan sambil belajar fotografi. Mana langsung praktek pula.
BalasHapusJadi, kalau buat ilustrasi foto untuk artikel jadi bisa kasih yang bagus-bagus.. apalagi kalau blognya bahas soal Travelling
Wah seru banget belajar membidik foto pak Bams. Aku pengen belajar fotografi juga soalnya kayak jelek setiap foto sesuatu tuh, nggak jelas aturannya, wkwkwk. Aku suka banget hasil foto gedung low angel sama bangunan sisi 3/4, kece banget hasilnya jadi kelihatan semua walau ngambil sudut yg berbeda.
BalasHapusKota Tua itu memang favorit banget deh buat latihan fotografi. Apalagi kalau pagi2 banget sama pas golden hour di sore hari. Ini paket lengkap ya, jalan2, dapat informasi tentang sejarah tempatnya sama ilmu fotografi. Ohya latihan di Museum Taman Prasasti juga seru loh.
BalasHapusMantap pak, langsung praktek ilmunya dan hasilnya langsung keliatan antap yaa. Aku liat foto-fotonya bener-bener jadi berasa beda sentuhannya pak. Jadi lebih nikmat dipandang, dan gak kerasa asal jepret.
BalasHapusBtw aku jadi kangen sama museum bahari, heuheuheu. Udah lamaaa banget gak kesana. kapan2 kayaknya mau deh kesana lagi, bawa bocil.
Asyik sekali pak jalan-jalan sambil belajar mengabadikan momen. Aku langsung kebayang cara mengabadikannya, karena bergaul dengan para kang foto jadi cukup tahu.
BalasHapusDari hasil-hasil yang ada aku senyum-senyum. Itu momen seru banget.
Diantara hasil yang terlihat paling suka dengan tugu perahu Pinisi, perbaduan langit, bunga dan presisi pengambilannya, cakeps.
Kalau tertutup rimbunan bunga asoka seperti itu, apakah pas mau berfoto gak bisa naik sesuatu gitu Pak, bangku misalnya? Atau harusnya bisa ada tripod-tongsis ya, sehingga bisa lebih agak tinggian pas jepret.
BalasHapusSeruu sekali ya paa, eksplore Jakarta.Kota Intan saya pernah dengar dari lirik lagu. Jakarta memang salah satu kota faborit sepertinya untuk eksplore wisata sejarah.
BalasHapusAh nyesel, dulu pas tinggal di Jakarta, nggak sempat eksplor selengkap ini pas ke kota tua
BalasHapusAh semoga next bisa liburan ke Jakarta dan eksplore kota tua
Asyiknyaa training fotografi sambil jalan². Aku pernah ikut training fotografi dgn hp, tp online. Jd objeknya disuruh cari sendiri di sekitaran. Klo sambil traveling gitu asyik mas. Mmg teknik fotografi diperluin jg buat blogger atau traveller, supaya momen atau objek yg dibagikan bisa terlihat menarik
BalasHapusJadi keinget pas pertama kali ke Kotya Tua bertahun2 lalu pas sewa sepedaan konon katanya kalau tau rutenya pas sore bisa sepedaan nyampek pelabuhan Sunda Kelapa tapi jujur sampai saat ini belum pernah nyampek sana takut nyasar hehe.
BalasHapusBtw sebenarnya Sunda Kelapa sama Tanjung Priok ini beda atau gimana ya?
Enak kalau jalan2 sama grup dan ada tour guide gitu ya pak jadi bisa mengetahui lebih detail tentang sejarah dan juga bangunan2 ikon bersejarah yang selama ini luput dari perhatian kita.
Kapan2 kalau ada walking tour lagi ajak2 donk pak hehe.
Serunya jalan-jalan di Batavia, suka deh kalau aktivitas di kota tua ini masih berjalan walaupun mungkin tidak seramai dulu, eh saya juga ga tahu sih dulu seramai apa. Tapi setidaknya saya bisa membayangkan dan belajar sejarah aktivitas kota. Bagus ini untuk kiddos belajar sejarah
BalasHapusEnaknya kalau ada guide seperti mbak Ernest ini bisa tahu lebih banyak informasi dibandingkan jalan sendiri