Setelah tinggal di Jakarta sejak tahun 1998, kemudian 5 tahun melipir di Depok, akhirnya saya bisa mengunjungi museum Bahari. Senang sekali bisa melihat koleksi kebaharian dan nelayan di sana. Pastinya jadi menambha pengetahuan saya. Betapa Indonesia kaya dengan keragaman Bahari. Jadi memang tepat sekali ya, kalau nenekku.. seorang pelaut.
Sebenarnya, saya Sudah pernah ke museum Bahari yang terletak di jalan Pasar Ikan No.1 Jakarta Utara ini. Waktu itu, saya ikut walking tour edisi Journey to the Canal & City Wall of Batavia. Jadi menyusuri kanal besar sampai tembok Batavia. Walking tournya memang berakhir di Museum Bahari. Hanya waktu itu, sampai di area luar saja.
Nah, kesmepatan itu hadir, saya ikut Jakarta Dock Diaries : History, Click, Vibes. Acaranya seru, bagaimana saya belajar mengabadikan Momen sambil mengenal sejakarah Batavis. Dan ini finishnya juaga di musum Bahari.
Awalnya, saya kira hanya akan hunting foto di sekitar museum Bahari saja. Eh.. tidak tahunya malah diajak masuk ke dalam museum. Gratis pula. Asyik.. rezeki memang tak ke mana hehehe.
Sejarah Museum Bahari
Dulunya museum Baharui adalah gudang rempah yang dibangun pada abad ke 16 oleh Perusahaan Hindia Timur Belanda. Ini seiring dengan VOC menguasai perdagangan rempah di Batavia. Di depan museum Bahari itu memang ada kali besar.
Nah, dulunya, kapal-apal itu berhenti di sana untuk menurunkan muatan lalu langsung disimpan di Gudang rempah.
Jadi bisa dibayangkan ya, dulu gudang rempah itu langsung mepet dengan kali. Hanya sekarang dibuat jalan. Teris kalinya juga sekarang tidak selebar dulu yang muat kapal lalu Lalang.
Nah, pembangunan Gudang rempah ini dilakukan seara bertahap mulai tahun 1652-1771, seiring banyaknya rempah-rempah yang disimpan. Makanya di pintu masuk itu ada tulisan sesuai tahun pembangunannya. Misalnya anno 1709
Saatnya Menjelajah Museum Bahari
Setelah hunting foto di area depan Museum Bahari, kami pun diajakan masuk. Untuk memasuki pintu, harus turun anak beberapa anak tangga. Ini bukan model dari sana ya, tapi arena terjadinya penurunan tanah di Jakarta akibat penggunaan air bersih yang berlebihan. Makanya, di jembatan kanal besar di kota tua, ada tugu penurunan tanah di Jakarta.
Saya pun bersemangat memasuki museum Bahari. Sebenarnya museum Bahari bayar saat masuk. Hanya karena ada event spesial, maka rombongankami gratis hehehe. Tapi pemerintah DKI Jajarta memberikan layanan masuk museum bagi warga dengan 3 kategori. Penyandang disabilitas, lanjut usia , eserta didik penerima kartu Jakarta pintar yang berlaku mulai 20 januari 2017.
Walau bayar, tiketnyansangat terjnagkau. Untuk dewasa 5 ribu, pelajar /mahasiswa 3ribi, adan anak-anak 2 ribu. Museum Bahari buka setiap hari selasa-Minggu, Sedangkan hari senin tutup.
Bgitu masuk, kami lalu langung mengambil foto-foto dulu. Saya snagat suka bangunan kolonial. Salah satunya adalah jendelanya. Terus langit-langitnya juga tinggi. Seperti masuk ke Lorong waktu.
Kekayaan Bahari Indonesia
Begitu memasuki ruangan, mata saya langsung menyapu seluruh ruangan. Senang rasanya bisa melihat benda-benda kebaharian. Saya apun tidak sabar untuk segera berkeliling. Sayangnya pernah terjadi kebakaran di museum Bahari ini yang menyebabkan koleksi-koleksi rusak
Mata saya langsung asyik melihat berbagai perahu tradisional yang digunakan oleh nelayan. Modelnya beragam. Terus pembuatannya juga ada yang unik. Misalnya dari batang pohon dibuat lubang di tengahnya, lalu diasap bagian bawahnya agar memuai.
Koleksi lainnya juga keren-keren. Termasuk replika-replika kapal yang sangat menarik.
Pameran Awakening the Drifting Giants
Saya termasuk beruntung karena saat ke museum Bahari ada pameran Awakening the Drifting Giants. Wah keren Sekali instalasi-instalasinya,
Bergama bentuk hewan laut tersaji dengan menarik. Ada ikan pari dan penyu. kerennya lagi, ini semua dibuat dari benda-benda yang ditemukan di laut. Terutama jaring-jaring
Dan bagi teman-teman yang mau melihat pameran ini, silakan ke museum Bahari. Pamerannya sampai bulan Agustus 2025.Serunya lag, ada pemutaran film juga. Jadi semakin menambah pengetahuan. Saat saya berkunjung banyak rombongan anak sekolah.
Mnejelang siang tur pun selesai. Saya pun memutuskan pulang. Pasti senang sekali mengikuti tur belajar memotret sekaligus mengenal Sejarah Batavia, termasuk mengunjungi museum Bahari
Komentar
Posting Komentar